KERANGKA
TOPIK
: PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
JUDUL : APLIKASI PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT JAMBU METE (Anacardium occidentale L.)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan dan Metode
2.1.1
Pembuatan
Pupuk Organik
2.1.2 Aplikasi Pupuk Organik pada Pembibitan Jambu Mete
2.2 Hasil dan Pembahasan
2.2.1 Hasil Penelitian
2.2.2 Pembahasan
III. KESIMPULAN
IV. DAFTAR PUSTAKA
Keberadaan
sampah di sekitar kita dapat mengurangi estetika lingkungan. Di wilayah
perkotaan khususnya pada wilayah pemukiman padat penduduk sering ditemukan
sampah dalam jumlah banyak. Sampah- sampah tersebut disamping mengurangi
estetika lingkungan, juga dapat menimbulkan bau tak sedap dan menutup saluran
air sehingga keberadaan sampah dapat menjadi penyebab terjadinya banjir pada
musim hujan.
Di berbagai wilayah di Indonesia
telah dikembangkan berbagai teknik penanganan sampah, salah satu diantaranya
adalah dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Pengolahan sampah sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik memungkinkan
lingkungan di sekitar kita menjadi bersih, indah dan sehat. Selain itu hasil
dekomposisi sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan
tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Aplikasi pupuk organik pada lahan
pertanian memiliki berbagai manfaat. Joetono (1995) menjelaskan, bahwa di dalam
tanah, bahan organik mempunyai peran dalam memeperbaiki sifat fisika dan kimia
tanah melalui stabilitas struktur, infiltrasi air, kadar air, drainase, suhu,
aktivitas mikrobia dan penetrasi akar. Terhadap sifat kimia tanah, secara umum
berpengaruh tarhadap penyediaan hara bagi tumbuhan dan merupakan sumber hara N,
P dan S.
Berbagai hasil penelitian
menunjukkan, bahwa pemanfaatan pupuk
organik pada lahan pertanian berdampak positif terhadap ketersedian hara,
pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadir
dan Kanro (2006) menunjukkan, bahwa pemberian pupuk organik berpengaruh
terhadap perbaikan komponen pertumbuhan, komponen produksi kopi dan estimasi
produksi. Pemberian pupuk organik bokashi S. Molesta dan pupuk kandang ayam
berpengaruh nyata dalam meningkatkan semua parameter pertumbuhan dan produksi
tanaman kedelai (Kumalasari, 2011). Pupuk organik super nasa berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi batang setelah 45 hari penanaman, berat kering biji per
plot dan berat kering biji per hektar (Marliah dkk, 2011). Pemberian pupuk
organik bokashi kotoran sapi dan eceng gondok dapat meningkatkan bobot
berangkasan tanaman tomat (Soverda dkk, 2008). Bibit cendana yang ditumbuhkan
pada media organik mempunyai nilai indeks mutu yang nisbi sama dengan media
tanah atasan/topsoil (Putri, 2008). Pemberian berbagai dosis pupuk organik
bokashi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai (Simaptupang, 1999).
Untuk mengetahui pengaruh aplikasi
pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit jambu mete maka peneliti melakukan
penelitian tentang aplikasi pupuk organik untuk meningkatkan pertumbuhan jambu
mete yang dilakukan di Desa Pijot Kabupaten Lombok Timur.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
- Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit Jambu Mente,
- Dosis pupuk organik agar bibit Jambu Mente dapat tumbuh secara optimal.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
1.1 Bahan dan Metode
1.1.1 Pembuatan
Pupuk Organik
Dalam pembuatan pupuk organik bahan
yang digunakan adalah sampah organik (daun tumbuhan), sekam (kulit padi),
kotoran sapi, tanah dan air. Sedangkan
alat yang digunakan adalah ember plastik, cangkul, karung goni, parang, sekop,
sendok, neraca dan gelas ukur. Selanjutnya langkah kerja dalam pembuatan pupuk
organik (Teruo, 1999) adalah:
- Memisahkan sampah organik (daun tumbuhan)
dari sampah yang lainnya,
- Mencincang sampah organik dengan ukuran
2 cm,
- Mencampur sampah organik yang sudah
dicincang dengan sekam dengan perbandingan 4 : 1,
- Membuat galian lubang dengan ukuran 100
cm x 100 cm dan kedalaman 120 cm,
- Meletakkan campuran sampah organik sekam
yang sudah dibasahi ke dalam lubang yang sudah disediakan setebal 12 cm,
- Meletakkan kotoran sapi yang sudah dibasahi di atas campuran sampah organik sekam setebal 6 cm,
- Mengaduk campuran di atas sampai rata,
- Mengulangi langkah 5, 6 dan 7 sampai 80% lubang galian terisi bahan pupuk organik,
- Menutup campuran tersebut dengan karung goni dan sedikit tanah,
- Mengaduk campuran tersebut sekali sehari.
1.1.2 Aplikasi
Pupuk Organik pada Pembibitan Jambu Mete
Bahan-bahan yg digunakan pada saat
aplikasi pupuk organik di lahan pertanian adalah tanah sebagai media tanam,
bahan-bahan pembuatan rumah kaca sederhana (tali rapia plastik transparan,
bambu, dan besi paku), benih jambu mente dan kertas label. Sedangkan alat-alat
yang digunakan adalah pot plastik, timbangan, parang, alat tulis menulis,
cangkul, ember plastik, palu, dan gunting.
Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah sawah dan pupuk organik. Tanah diambil dari lahan pertanian Desa
Pijot, selanjutnya dikeringkan, dibersihkan dari batu dan sisa tanaman dan
diayak. Tanah ditimbang dan dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 12 kg untuk
setiap polybag. Tanah dalam polybag dicampur dengan pupuk organik secara merata
dengan kadar sesuai perlakuan. Selanjutnya campuran media tersebut diberi air
sebanyak 2 liter untuk setiap polybag dan dibiarkan selama 1 minggu. Setelah
satu minggu aplikasi pupuk organik dilakukan penanaman benih jambu mete, pada
setiap unit percobaan ditanami 4 benih jambu mete. Setelah 14 hari penanaman
dilakukan seleksi dengan menyisakan hanya 1 bibit jambu mete yang
pertumbuhannya homogen, sedangkan yang lain dihilangkan.
Percobaan dalam penelitian ini
dilakukan dengan rancangan acak lengkap
dengan tiga ulangan. Aplikasi pupuk organik terdiri atas 14 level yaitu:
Po = tanpa pemberian bokashi (kontrol),
P1 = pemberian 0,2 kg bokashi/12 kg tanah, P2 = pemberian 0,4 kg bokashi/12 kg tanah, P3 = pemberian 0,6 kg
bokashi/12 kg tanah, P4 = pemberian 0,8 kg bokashi/12 kg tanah, P5 = pemberian
1,0 kg bokashi /12 kg tanah, P6 = pemberian 1,2 kg bokashi/12 kg tanah, P7 =
pemberian 1,4 kg bokashi/12 kg tanah, P8 = pemberian 1,6 kg bokashi/12 kg tanah
dan P9 = pemberian 1,8 kg bokashi /12 kg tanah, P10 = pemberian 2,0 kg bokashi
/12 kg tanah, P11 = pemberian 2,2 kg bokashi /12 kg tanah, P12 = pemberian 2,4
kg bokashi /12 kg tanah. P13 = pemberian 2,6 kg bokashi /12 kg tanah (Hanafiah,
1994).
Setelah bibit jambu mete berumur 50 hari, dilakukan pengukuran tinggi
batang, berat basah batang, berat kering
barang, berat basah daun dan berat kering daun. Data kuantitatif hasil pengukuran
parameter di atas dianalisis dengan analisis sidik ragam dan uji lanjut dengan
Uji Beda Nyata Terkecil (Gomez dan Gomez, 1995).
1.2 Hasil dan Pembahasan
1.2.1 Hasil Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik terhadap pertumbuhan benih jambu mete, dilakukan percobaan yang dilaksanakan di Desa Pijot Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Setelah tanaman berumur 50 hari dilakukan pengukuran terhadap semua parameter penelitian. Hasil analisis data yang meliputi tinggi batang, berat basah batang, berat kering batang, berat basah dan berat kering daun bibit jambu mete akibat aplikasi pupuk organik terdapat pada tabel 1.
Tabel 1.
Rerata berat basah batang, berat kering batang, tinggi batang, berat basah dan berat
kering daun jambu mete akibat aplikasi pupuk organik
Perlakuan |
Tinggi
Batang |
Berat
Basah Batang (gr) |
Berat
Kering Batang |
Berat
basah Daun (gr) |
Berat Kering Daun (gr) |
P0 |
24 |
52 |
23 |
10 |
4 |
P1 |
26 |
53 |
25 |
11 |
5 |
P2 |
29 |
53 |
25 |
11 |
5 |
P3 |
33 |
54 |
26 |
12 |
6 |
P4 |
34 |
56 |
26 |
13 |
6 |
P5 |
35 |
58 |
28 |
14 |
7 |
P6 |
38 |
60 |
28 |
15 |
7 |
P7 |
39 |
61 |
29 |
16 |
7 |
P8 |
40 |
62 |
30 |
17 |
8 |
P9 |
41 |
62 |
31 |
18 |
8 |
P10 |
44 |
65 |
33 |
21 |
11 |
P11 |
43 |
66 |
32 |
20 |
10 |
P12 |
42 |
66 |
33 |
20 |
10 |
P13 |
43 |
65 |
31 |
19 |
9 |
Keterangan
:
P0 = tampa
pemberian bokasi (kontrol) P7 =
Pemberian 1,4 kg bokasi/12 kg tanah
P1 = Pemberian
0,2 kg bokasi/12 kg tanah P8 =
Pemberian 1,6 kg bokasi/12 kg tanah
P2 = Pemberian
0,4 kg bokasi/12 kg tanah P9 =
Pemberian 1,8 kg bokasi/12 kg tanah
P3 = Pemberian
0,6 kg bokasi/12 kg tanah P10 =
Pemberian 2,0 kg bokasi/12 kg tanah
P4 = Pemberian
0,8 kg bokasi/12 kg tanah P11 =
Pemberian 2,2 kg bokasi/12 kg tanah
P5 = Pemberian
1,0 kg bokasi/12 kg tanah P12 =
Pemberian 2,4 kg bokasi/12 kg tanah
P6 = Pemberian
1,2 kg bokasi/12 kg tanah P13 =
Pemberian 2,6 kg bokasi/12 kg tanah
Selanjutnya untuk mengetahui
pengaruh pemberian pupuk organik terhadap semua parameter pertumbuhan maka
dilakukan analisis data dengan analisis sidik ragam dan uji lanjut dengan uji
beda nyata terkecil (BNT).
Hasil
analisis sidik ragam pengaruh pemberian bokashi terhadap semua parameter yang
diukur menunjukkan bahwa pemberian bokasi di lahan persawahan Desa Pijot
berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diukur.
1.2.2 Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa jambu mete yang tumbuh pada media tanpa pupuk organik memiliki rerata tinggi batang, berat basah batang, berat kering batang, berat basah daun dan berat kering daun masing-masing adalah 24 cm , 52 gr, 23 gr, 10 gr dan 4 gr. Selanjutnya pada polybag yang diberi pupuk organik, rerata semua parameter yang diukur mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya kadar pupuk organik yang diberikan pada masing- masing unit percobaan. Namun demikian mulai dari perlakuan 2,2 kg sampai dengan perlakuan 2,6 kg pupuk organik/12 kg tanah, rerata semua parameter yang diamati tidak menunjukkan adanya peningkatan secara nyata.
Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pupuk organik terhadap semua parameter yang diukur menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik di lahan pertanian Desa Pijot berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diukur. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti lainnya yaitu pemanfaatan pupuk organik bokashi dan NPK berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan daun, berat basah crop dan diameter crop tanaman kubis. Perlakuan bokashi limbah padat pabrik kertas 35 ton/ha dan 200 kg/ha pupuk NPK mampu memberikan hasil berat basah crop 1,66 kg/tanaman (Hidayat dan Sugiarti, 2006). Media terbaik untuk pertumbuhan semai eboni adalah pupuk organik EM bokashi karena media ini dapat meningkatkan solubilitas dan viabilitas hara dalam tanah dan memberikan pertumbuhan semai eboni yang optimal (Sumiasri dan Setyowati, 2006).
Penambahan bokashi dalam dosis 250 g pada media tanah NPK dapat mendukung pertumbuhan cabe var. Inko 99 lebih optimal dengan tinggi tanaman 71,15 cm dan jumlah cabang produktif 40,75 buah (Gustia, 2009). Kedelai varietas galunggung merespon secara signifikan terhadap kompos limbah kelapa sawit, produksi meningkat secara sigifikan (Darma, 2000). Pemupukan dengan pupuk organik Sulfomag plus dapat meningkatkan tinggi dan berat kering tanaman jagung, C-organik, Ntotal tanah dan berat produksi (Chairani, 2005). Pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 3 mg/l – 4 mg/l akan mempengaruhi berat basah dan diameter umbi kentang (Parman, 2007).
Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan jumlah N total tanah serta meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen jahe (Latifah dan Arifin, 2012). Pemberian pupuk kandang 30 ton/ha yang dikombinasikan dengan kapur 2 ton/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman terbaik dengan rataan tinggi tanaman 80,7 cm, jumlah cabang primer 33,4 buah, diameter tajuk 105,7 cm dan produksi terna 25,2 ton/ha. Hasil tersebut berbeda nyata dengan perlakuan control dengan rataan tinggi tanaman 57,3 cm, jumlah cabang primer 20,9 buah, diameter tajuk 67,4 cm dan produksi terna 6,1 ton/ha (Burhanuddin dan Nurahmansyah, 2010). Pemberian pupuk organik biogreen granul dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada tanah dengan kandungan organik rendah.
Pemupukan dengan dosis 4000 kg/ha biogreen granul dapat meningkatkan produksi sebesar 23% atau selisih hasil sebesar 2,8 ton/ha dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Wahyunindyawati dkk, 2012). Pemberian pupuk organik Biogreenex lewat daun dapat meningkatkan kualitas hasil tanaman sawi (kandungan klorofil meningkat 16%, luas daun 76% dan hasil yang dapat dipasarkan 16% (Hardjoko, 2002) dan Farida dan Hamdani menyimpulkan, bahwa terdapat interaksi antara pupuk organik bokashi dan pupuk nitrogen terhadap jumlah daun, pemberian pupuk organik bokashi 10 ton/ha berpengaruh baik terhadap komponen kualitas bunga yaitu mampu menghasilkan tangkai bunga terpanjang dan jumlah kuntum bunga terbanyak.
Terhambatnya pertumbuhan tanaman pada media tanpa perlakuan pupuk organik disebabkan karena rendahnya ketersedian unsur hara pada media tersebut. Selanjutnya pemberiaan pupuk organik menyebabkan makin tersedianya unsur hara terutama sulfat, posfat dan nitrat yang berasal dari hasil bioprosesing sampah organik yang dijadikan bahan baku pembuatan pupuk organik. Selain itu penambahan pupuk organik dapat memperbaiki sifat biologi, fisika dan kimia tanah. Dengan demikian aplikasi pupuk organik dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Stevenson (1996) menjelaskan bahwa hasil dekomposisi bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan ketersediaan hara N, S dan P, meningkatkan daya menyimpan air, meningkatkan daya buffer tanah, meningkatkan pertukaran kation, dan tekstur tanah menjadi lebih baik. Demikian juga joetono (1995) menjelaskan bahwa pada proses dekomposisi bahan organik oleh mikrobia akan dilepaskan unsur hara N, P dan S yang dapat digunakan oleh tumbuhan, disamping itu bokasi yang diberikan ke dalam tanah juga dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Selanjutnya Santosa (1995) menjelaskan bahwa ketersediaan hara N, P dan S dapat memacu pertumbuhan tanaman. unsur hara P bagi tanaman berfungsi sebagai penyusun membran plasma, asam nukleat, fosfolipid dan monosakarida sedangkan unsur hara S berfungsi sebagai penyusun asam amino, vitamin (biotin, thimin) dan coenzim A.
Sejalan dengan pendapat di atas Flaigh (1994) menyatakan bahwa pada proses mineralisasi bahan organik oleh mikrobia, dilepaskan hara N, S dan P yang dapat diserap oleh tumbuhan. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa untuk semua parameter pertumbuhan yang diukur (tinggi batang, berat basah batang, berat kering batang, berat basah daun dan berat kering daun) pada setiap tanaman percobaan, perlakuan P10 (aplikasi 2.0 kg pupuk organik/12 kg tanah) memberikan hasil yang berbeda nyata dengan P0 (kontrol), selanjutnya perlakuan P10 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P11 sampai dengan P13. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kadar optimum pupuk organik yang perlu diberikan pada lahan pertanian Desa Pijot Kabupaten Lombok Timur untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jambu mete adalah 2,0 kg pupuk organik untuk setiap 12 kg tanah.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:
- Aplikasi pupuk organik pada lahan pertanian Desa Pijot dapat meningkatkan tinggi batang, berat basah batang, berat kering batang, berat basah daun dan berat kering daun jambu mete. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik pada lahan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan benih jambu mente.
- Penggunaan dosis pupuk organik 2,0 kg/12 kg tanah memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
IV. DAFTAR
PUSTAKA
Burhanuddin dan Nurahmansyah. 2010. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan dan produksi nilam pada tanah podsolik merah kuning. Bul. Littro. 21 (2): 138 144
Chairani. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Blotong dan Pupuk Sulfomag Plus Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Typic Paleudult. Respository-usu-acid/bitsream/123456789/15533/1k pt-des2005-(5)pdf. Diakses tanggal 24 Nopember 2012
Darma,S. 2000. Respon tanaman kedelai terhadap kompos limbah kelapa sawit pada dosis berbeda. Jurnal Budidaya Pertanian. 6 (2): 96 – 104
Farida dan Hamdani, J.S. 2003. Pertumbuhan dan hasil bunga gladiol pada dosis pupuk organik bokashi dan nitrogen yang berbeda. Bionatura. 3(2): 68 - 76 Flaigh, W. 1994. Soil Organic Matter As A Source of Nutrients. I.R.R.I. Philippines.
Hanafiah, 1994. K.A. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
0 Komentar